Images

Renungan Singkat: Menyongsong Indonesia Emas

Jikalau memang diantara kesemuanya buruk, maka ambilah keburukan yang paling sedikit dari keburukan-keburukan yang ada.”
Anak muda zaman sekarang sudah sangat mudah negative-thinking.
Siapa lagi yang punya "sesuatu" yang bersifat persuasif dan sugestif ? Ya, media massa.
Sementara ini saya pgn ada edukasi kepada masyarakat untuk punya sikap filter terhadap pemberitaan masa kini yang mayoritas udah nggak sesuai sama ketentuan UU No. 32 tahun 2002 tentang Penyiaran terkait Haluan Dasar, Karateristik Penyiaran dan Prinsip Dasar Penyiaran di Indonesia. Padahal di ketentuan undang-undang tersebut *bisa diunduh di laman Komisi Penyiaran Indonesia* bagian arah haluan dasar poin i tercantumkan kalimat yang berbunyi, "memberikan informasi yang benar, seimbang, dan bertanggung jawab." Jadi, masyarakat bisa menyaring informasi mana yang fakta dan mana yang merupakan opini sepihak yang ditekan terus menerus, sehingga seolah olah itu adalah fakta.
Banyak prestasi yang diraih Indonesia yang jarang atau bahkan belum pernah terliput karena kalah sama kasus korupsi, pemerkosaan, penculikan, pembunuhan yang disiarin berulang-ulang oleh media. *kayak gada bahan lain aja. Padahal masih banyak lho berita positif mengenai kehebatan negara kita. Hal macem tadi yang membuat generasi muda miskin informasi yang baik mengenai negerinya. Anak muda butuh lebih banyak informasi positif, Pak, Bu.
Meminjam petikan puisi dari Tere Liye dalam salah satu novelnya yang berjudul Negeri di Ujung Tanduk,
"Karena akan tiba masanya orang - orang terbaik datang, yang bahu membahu menolong dalam kebaikan."
Percayalah, masa orang-orang terbaik itu akan segera tiba. Terlebih lagi, songsongan Indonesia Emas dalam tajuk bonus demografis hanya tinggal dalam hitungan dekade.
"Bonus demografi di Indonesia adalah siklus 700 tahunan. Dimulai dari Kerajaan Sriwijaya pada abad 7, Kemaharajaan Majapahit di abad 14, dan kemudian Indonesia di abad 21 ini." - Dr. Sonny Harry Budiutomo Harmadi, Kepala Lembaga Demografi FE Universitas Indonesia
Bedanya? Dua pemerintahan (Sriwijaya dan Majapahit) tersebut mampu menjadi negara produktif nan digdaya. Nah, kini kita tengah menanti bonus demografi dalam dekade dekat dengan kondisi miris, 8 dari 10 pemuda masih pesimis akan masa depan bangsa Indonesia. Pilihan bonus demografi cuma 2: menjadi yang produktif atau menjadi yang konsumtif. Tinggal bagaimana negara mempersiapkan para pemudanya yang kelak akan menikmati era emas itu.



Hitam, kucel, dan kurus. Diambil saat peluncuran platform baru Good News From Indonesia dan Buku Infografis "Bergerak & Bertumbuh", Cita-cita, Sasaran, Strategi, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (2015-2019) oleh Kominfo RI #RestoringOptimism #RebuildingConfidence

read more